KOTA TANGERANG, Dellik.id – Ratusan warga terdampak kereta cepat Bandara Soekarno-Hatta yang mengatasnamakan aliansi masyarakat Batu Ceper menggelar aksi di stasiun kereta Batu Ceper Kota Tangerang, Selasa (3/1/2023).
Dalam aksinya, warga mengancam akan melakukan penutupan jalur bila dalam sepekan kedepan pihak KAI tidak menepati apa yang menjadi tuntutan warga yang sudah 10 tahun tidak direalisasikan.
Koordinator aksi, Saiful Basri mengatakan, bahwa turunnya masyarakat kejalan merupakan bentuk protes terhadap manajemen PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang telah membohongi warga selama 10 tahun atas dampak pembangunan kereta cepat yang dibuatnya.
“Kepala stasiun memaksa kami untuk turun kejalan, perilaku cuek dan menyepelehkan warga seoalah tidak pernah terjadi keresahan terhadap warga dengan adanya pembangunan rel kereta cepat Basoeta,” kata pria yang akrab disapa Marcel dalam keyerangan tertulis yang diterima dellik.id, Selasa (3/1/2023).
Baca Juga: Warga Jambe Tangerang Tewas Tertabrak Kereta Saat Bermain
Marcel menyebut, pihaknya sudah beberapa kali mengirimkan surat permohonan untuk kembali dibuka penerimaan khusus yang bersumber dari pembebasan lahan KAI namun tidak ada respon baik dan positif dari PT KAI. Atas hal itu Marcel menilai, PT KAI ingkar atas apa yang sudah dijanjikan kepada warga terdampak pembangunan jalur kereta cepat Basoeta tersebut.
“Dari 800 warga yang baru terealiasi sekitar 500 orang, sisanya 230 pemilik bidang tanah memiliki hak yang sama yakni bekerja sesuai dengan kesepakatan sebelumnya,” ujarnya.
Ia menambahkan, tuntutan warga bukan tanpa sebab, pasalnya pembukaan penerimaan karyawan baru adalah bagian dari janji yang dituangkan dalam perjanjian saat pembebasan lahan warga yang merupakan inisiatif PT KAI.
“Kami cuma menagih apa yang menjadi janji PT KAI dan itu bukan permintaan warga namum inisiatif perusahaan saat melakukan pembebasan,” ungkapnya.
Ia berharap, Pemerintah Kota Tangerang ikut bertanggung jawab atas ketidakpatuhan janji yang disampaikan PT KAI terhadap masyarakatnya yang sejak 2014 silam hingga saat ini hanya menjadi bola salju di masyarakat.
“Kita akan membuat aksi lebih besar pekan depan jika memang semua diam dan menganggap ini enteng,” pungkasnya.
(Nuryadi/red)