KABUPATEN TANGERANG, DELLIK.ID – Dalam menyambut datangnya bulan suci ramadan, banyak hal yang dilakukan umat muslim di dunia termasuk di Indonesia. Selain pada malam harinya melakukan pawai obor tarhib ramadan masyarakat muslim juga melakukan acara yang disebut ‘Munggahan’ atas wujud kegembiraan akan masuknya bulan puasa ramadan.
Pimpinan Pondok Pesantren Salafiyah, Al-Baghowi Sukadiri Tangerang, Ustaz Fattah mengatakan, bahwa Munggahan secara adat jawa berasal dari kata Munggah yang artinya naik atau angkat, karena pahala ibadah kita akan diangkat oleh Allah SWT. Selain itu, dalam istilah adat Sunda Munggahan mereka menyebut dengan kata lain yaitu Pajaran atau Mapag Pajar yang artinya menyambut pajar puasa.
Lanjut Ustaz Fattah, dari dua adat tersebut Munggah dan Mapag Pajar memiliki arti, tujuan bahkan ritual rangkaian kegiatan yang dilakukannya sama yakni:
1. Menyambut ramadan
2. Memperbanyak sodaqoh
3. Berziarah ke makam orang tua
4. Menjalin silaturahmi atau saling memaafkan
Meskipun 4 hal tersebut diatas dianggap sesuatu yang baru akan tetapi baik atau istilah islamnya Bid’ah Hasanah.
Hadits Rosulullah SAW dalam kitab Durrotunnasihin: مَنْ فَرِحَ بِدُخُوْلِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلَى النِيْرَانِ
Yang artinya: “Barang siapa yang bahagia atas masuknya ramadan maka Allah haramkan jasadnya masuk neraka”.
Baca Juga: Kajian Fiqh Kitab Nihayatuz Zain Halaman 192 Ponpes Jawahirul Alfiyah
Meskipun kata dia, banyak yang mengatakan kalau Hadits di Durotunnasihin mayoritas Do’if. Bahkan ada yang Maudu’ (palsu). Kita selaku seorang muslim tentunya harus Adab, karena pengarang kitab Durotunnasihin itu ahli bilagoh. Mungkin secara teks Rosulullah SAW tidak mengatakan hal demikian, Tapi secara fakta Rosulullah SAW selalu bahagia saat menyambut ramadan karena ada kewajiban berpuasa.
(Ade Maulana)