Lanjut baca artikel
https://dellik.id/wp-content/uploads/2024/11/IMG-20241124-WA0010-min.jpg
Berita

Pramuka Dihapus Dari Ekskul Wajib di Sekolah, Peserta Raimuna Nasional XII Bilang Begini

×

Pramuka Dihapus Dari Ekskul Wajib di Sekolah, Peserta Raimuna Nasional XII Bilang Begini

Sebarkan artikel ini
Pramuka Dihapus Dari Ekskul Wajib di Sekolah, Peserta Raimuna Nasional XII Bilang Begini
Peserta Raimuna Nasional XII Jakarta 2023 saat Berfoto Bersama di Buperta Cibubur, Jakarta Timur. (Foto: Ade Maulana/Dellik.id)

KABUPATEN TANGERANG, DELLIK.ID – Pasca dihapusnya Pramuka menjadi ekstrakurikuler (Ekskul) wajib di sekolah oleh Mendikbud Ristek, Nadiem Makarim, keputusan tersebut menuai polemik dari berbagai kalangan tak terkecuali datang dari peserta purna Raimuna Nasional XII Jakarta 2023.

 

Salah satu peserta purna Raimuna Nasional XII Jakarta 2023, Zulfikar mengatakan, bahwa dihapusnya Pramuka pada ekskul wajib oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, adalah sesuatu hal yang biasa-biasa saja. Hal apapun menurutnya, akan terjadi jika seorang Menteri memiliki program kerja yang ia akan terapkan demi perubahan dan kemajuan nantinya.

 

Akan tetapi, kata dia, sebagian kalangan menilai, bahwa Menteri Nadiem Makarim menghapus Pramuka di sekolah. Padahal, Menteri Pendidikan hanya menghapus kewajiban Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib saja di sekolah dan para siswa di sekolah nantinya dapat memilih ekstrakurikuler lain seperti Pencak Silat, Bola Voly, Taekwondo, Paskibra dan lainnya sesuai minat dan bakat siswa masing-masing.

 

“Menurut saya, tidak masalah Pramuka yang tadinya wajib dipilih oleh siswa di sekolah dalam ekstrakurikuler dihapus, yang penting tidak organisasinya yang dihapus. Karena memilih ekskul manapun jika tidak dibarengi minat tidak akan menemukan jati diri siswa itu sendiri apalagi Pramuka,” kata peserta purna Raimuna Nasional XII Jakarta 2023, Kontingen Kabupaten Tangerang, Zulfikar, saat dikonfirmasi dellik.id, Selasa 2 April 2024.

 

Lanjut Kak Zul, keputusan Mendikbud Ristek, Nadiem Makarim menghapus Pramuka wajib di ekskul sekolah akan lebih tepat jika menggunakan kalimat ‘Merubah’ daripada ‘Menghapus’. Karena kata Kak Zul, kalimat merubah dari wajib ke tidak wajib akan lebih mudah dipahami oleh siswa ataupun masyarakat ketimbang kalimat menghapus yang membuat polemik seakan ditiadakan lagi Pramuka di sekolah-sekolah yang dinaungi Osis tersebut.

 

“Pramuka meskipun organisasi non pemerintah, tapi sudah mendunia. Ada organisasi dunianya yaitu WOSM (World Organization of the Scout Movement). Bahkan di Indonesia sendiri Presiden Joko Widodo merupakan Ketua Majelis Pembimbing Nasional (Mabinas),” ungkap kak Zul.

Baca Juga: Kenakan Seragam Pramuka, Presiden Joko Widodo Tinjau Kegiatan Raimuna Nasional XII di Cibubur

 

Selain itu kata Kak Zul, fitrah menjadi anggota Pramuka adalah sukarela seperti kiasan dalam lambang Gerakan Pramuka yakni Tunas Kelapa yang memiliki arti dapat tumbuh di mana saja. Tak hanya itu anggota Gerakan Pramuka yang aktif dan bertatus sebagai Penegak pun bisa ikut serta dalam kegiatan di Satuan Karya (SAKA) salahsatunya yang dinaungi oleh instansi Polri seperti SAKA Bhayangkara yang ada di bawah binaan Kepolisian Republik Indonesia dan SAKA Wira Kartika yang berada dibawah binaan TNI.

 

“Banyak kegiatan positif yang dibangun oleh Gerakan Pramuka baik bersama pemerintah maupun yang dilakukan oleh organisasi Pramuka itu sendiri, bahkan banyak pejabat di tingkat daerah hingga pusat yang terlahir dari Pramuka,” ujarnya.

 

Sekedar informasi, Organisasi Pramuka pernah memecahkan rekor di kancah Internasional pada tanggal 23 Oktober 2011. Pramuka Indonesia berhasil menorehkan rekor dunia baru untuk mengangkat bendera merah putih dengan ukuran 25×40 meter dari kedalaman laut 5 meter di Pantai Pasir Putih, Situbondo, Jawa Timur.

 

Pada tahun 2010, pramuka Indonesia tercatat dalam World Organization of Scout Movement (WOSM) memiliki anggota terbanyak di dunia, 17 Juta orang. Penyebab utama hal itu bisa terjadi karena wajibnya kegiatan Pramuka di sekolah-sekolah di Indonesia.

 

Pada tahun 2012, Pramuka Indonesia mendapat penghargaan Messengers of Peace Hero. Penghargaan ini digagas oleh Raja Abdullah bin Abdul Aziz (Arab Saudi) dan Raja Carl GUstav XVI (Swedia). Penghargaan ini ditujukan kepada generasi muda pramuka dan non-pramuka yang mempelopori program sosial yang berdampak besar dalam upaya menciptakan dunia yang lebih baik.

 

Anggota Pramuka Indonesia sudah beberapa kali meraih penghargaan ini pada tahun 2013, 2016, 2017, dan 2021 dengan program yang beragam dari literasi, budaya damai, hingga kesehatan.

 

Bahkan pada saat kegiatan Jambore Dunia Indonesia kembali berpartisipasi dalam gelaran Jambore Dunia ke-25 yang digelar di Sae Man-Geum, Korea Selatan, pada 1-12 Agustus 2023. Dari 50.000 peserta seluruh dunia, Indonesia mengirimkan kontingen terbanyak, yaitu lebih dari 1.700 orang. (Ade Maulana)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *