Lanjut baca artikel
https://dellik.id/wp-content/uploads/2024/11/IMG-20241124-WA0010-min.jpg
Berita

Terkait Izin Pagar Laut, Mahasiswa: Nelayan Hanya Ingin Menambah Penghasilan Bukan untuk Menguasai Lahan

×

Terkait Izin Pagar Laut, Mahasiswa: Nelayan Hanya Ingin Menambah Penghasilan Bukan untuk Menguasai Lahan

Sebarkan artikel ini
Terkait Izin Pagar Laut, Mahasiswa: Nelayan Hanya Ingin Menambah Penghasilan Bukan untuk Menguasai Lahan
Jaringan Rakyat Nusantara saat Menggelar Konferensi Pers terkait Pagar Laut di Pesisir Tangerang. (Poto: Ade Maulana/Dellik.id)

KABUPATEN TANGERANG, DELLIK.ID Ditancapkannya batang-batang bambu di pesisir laut Tangerang untuk pagar abrasi ternyata bisa juga menjadi sumber penghasilan tambahan bagi nelayan pinggiran. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Mahasiswa dan Nelayan yang tergabung kedalam Jaringan Rakyat Nusantara.

 

“Di bambu-bambu yang ditancapkan di pesisir laut itu ternyata dijadikan habitat baru oleh Kerang-kerang hijau untuk berkembang biak. Ke depan akan menambah penghasilan bagi kami nelayan pinggiran,” kata salah seorang nelayan pinggiran, Sarbana, dalam keterangan persnya, di salah satu rumah makan seafood, Desa Karang Serang, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang, Jumat 10 Januari 2025.

 

Apakah Ada Izin Membuat Pagar di Laut?

 

Salah seorang mahasiswa, Sandi mengatakan, bahwa berdasarkan hasil observasi dan investigasi yang ia lakukan, ternyata masyarakat berswadaya menancapkan batang-batang bambu untuk tujuan mencegah abrasi yang semakin meluas, bukan untuk menguasai lahan atau perairan.

 

“Nelayan mana faham izin untuk menancapkan bambu di pinggir laut! SDM mereka (nelayan) rendah. Lagipula ini kan baik untuk mencegah abrasi,” ujar Sandi.

Baca Juga: Siapa Pemilik Pagar Laut di Pesisir Tangerang? Ini Kata Mahasiswa dan Nelayan….

 

Lanjut Sandi, terkait bambu-bambu yang ada di pinggir laut ini, belum pernah ada perahu nelayan yang menabrak. Bahkan kata dia, bambu yang menjadi pagar di laut itu pun dibuat tidak menghalangi tempat lalu-lalang perahu nelayan dari dermaga ke hilir ataupun sebaliknya.

 

“Kita lihat engga ada tuh perahu yang mentok (menabrak bambu) saat bernelayan,” pungkasnya. (Ade Maulana)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *